Pada tanggal 26 Agustus 2023, himpunan mahasiswa jurusan Administrasi Publik Universitas Diponegoro melaksanakan kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Lapas Wirogunan berperan penting sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah pengawasan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terletak di Jalan Tamansiswa Nomor 6 Yogyakarta, dengan luas area sekitar 3,8 hektar dan berisi 498 narapidana. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam kepada para mahasiswa mengenai sistem penegakan hukum dan pemasyarakatan yang sedang berkembang di Indonesia. Para mahasiswa tiba di Lapas Wirogunan Wirogunan, didampingi oleh Renata Jati Nirmala, S.IAN., MPA, dan Moh. Nurul Huda, S.AP., MPA. Kami disambut dengan ramah oleh Kepala Lapas Kelas II A, Soleh Joko Sutopo, A.Md.I.P., S.H., M.H., yang juga bertindak sebagai narasumber utama pada acara tersebut.
Dalam kegiatan kunjungan dimulai dengan pemaparan materi yang mendalam mengenai implementasi dari kebijakan hukum terbaru, yaitu UU No. 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan UU No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Dalam atmosfer yang penuh perhatian, Kepala Lapas memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana dua undang-undang tersebut berdampak pada sistem peradilan dan pemasyarakatan di Indonesia. Dalam upaya mendukung rehabilitasi, Lapas Wirogunan berfokus pada pembinaan skill dan peningkatan kemampuan vokasional bagi para narapidana. Program-program pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan di dalam Lapas membantu narapidana untuk mengembangkan keterampilan yang dapat bermanfaat bagi mereka ketika kembali ke masyarakat. Selain itu, dukungan dalam hal kesehatan mental dan konseling juga menjadi fokus penting, membantu narapidana mengatasi tantangan psikologis yang mungkin mereka hadapi selama masa penahanan. Dengan demikian, Lapas Wirogunan tidak hanya berperan dalam menjaga keamanan masyarakat, tetapi juga berkomitmen untuk memberikan kesempatan kedua bagi para narapidana dalam memperbaiki diri dan mengubah arah hidup mereka. Melalui pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, mental, dan emosional, Lapas ini menjadi contoh penting dalam upaya rehabilitasi narapidana dan pemberdayaan mereka untuk kembali menjadi anggota produktif dan positif dalam masyarakat.
Dalam rangka mengoptimalkan program pembinaan, diluncurkanlah Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) yang telah diterima dengan antusias. Dalam merespon dan menjalankan sistem penilaian ini, Lapas Wirogunan melangkah lebih jauh dengan menghadirkan sebuah inovasi berupa Assessment Center yang didukung oleh aplikasi berbasis web, yang dapat diakses melalui alamat https://sppn.kumhamjogja.id. Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) yang diterapkan memiliki peran krusial sebagai alat untuk menghitung secara objektif prestasi dan kemajuan para narapidana. Lebih dari sekadar mengurangi masa tahanan, SPPN juga berfungsi sebagai instrumen pembinaan yang mendorong para penghuni lapas untuk lebih aktif dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan pembinaan. Respons positif yang diberikan oleh Lapas Wirogunan terhadap sistem ini menunjukkan komitmen mereka untuk mengembangkan upaya pembinaan yang lebih efektif dan transparan. Dengan meluncurkan Assessment Center yang terhubung dengan aplikasi berbasis web, Lapas Wirogunan mengambil langkah maju dalam mengintegrasikan teknologi dengan upaya pembinaan narapidana. Aplikasi tersebut tidak hanya memberikan akses mudah bagi narapidana dalam mengikuti proses penilaian, tetapi juga membuka pintu bagi pengembangan berkelanjutan dalam mendukung pembinaan di masa depan. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya sekadar menjawab tuntutan baru dalam pembinaan narapidana, tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk transformasi yang lebih luas dalam sistem pemasyarakatan.
Antusiasme para mahasiswa terlihat dari sesi tanya jawab yang berlangsung dengan interaktif. Mereka tidak hanya mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang disampaikan, tetapi juga berdiskusi mengenai implikasi praktis dari kebijakan-kebijakan ini dalam kehidupan sehari-hari. Para mahasiswa tampak tertarik untuk memahami bagaimana dinamika antara kebijakan hukum dan realitas pemasyarakatan dapat berjalan beriringan. Kunjungan ini tidak hanya memberikan wawasan teoretis, tetapi juga pengalaman nyata dalam menghubungkan teori dengan praktik. Para mahasiswa dapat melihat langsung bagaimana sebuah lembaga pemasyarakatan berfungsi dan beradaptasi dengan perkembangan hukum yang terus berkembang. Dengan suasana yang penuh pembelajaran dan inspirasi, kunjungan ini telah memberikan nilai tambah yang signifikan bagi para mahasiswa jurusan Administrasi Publik dalam memahami isu-isu kompleks dalam sistem hukum dan pemasyarakatan Indonesia.
Selama kunjungan yang berlangsung penuh antusiasme ke Lapas Wirogunan Wirogunan, para mahasiswa jurusan Administrasi Publik dari Universitas Diponegoro tidak hanya diberikan paparan materi, namun juga diberi kesempatan unik untuk menjelajahi berbagai area yang ada di dalam kompleks lapas. Para peserta diajak berkeliling untuk melihat secara langsung fasilitas-fasilitas yang mendukung kehidupan sehari-hari para narapidana. Kunjungan dimulai dengan perjalanan mengitari dapur umum, di mana makanan untuk narapidana disiapkan. Fasilitas kesehatan juga menjadi sorotan, dengan para mahasiswa dapat melihat bagaimana pelayanan medis diatur di dalam lapas. Lapangan tenis yang ada menunjukkan upaya untuk memberikan hiburan dan aktivitas fisik bagi narapidana, sementara tempat ibadah menggarisbawahi pentingnya aspek spiritual dalam rehabilitasi.
Seiring perjalanan, para mahasiswa juga dapat melihat tempat rekreasi yang dirancang layaknya kafe, lengkap dengan kolam ikan dan area berkebun. Adanya toko serba ada menjelaskan bagaimana narapidana dapat memperoleh barang-barang kebutuhan sehari-hari. Yang menarik, lapas ini juga memiliki unit produksi bakpia dengan nama “Bakpia Mbah Wiro 378” dan “Kotak Kado” untuk PT Margaria Group. Unit-unit ini memberikan peluang bagi para narapidana untuk bekerja dan mendapatkan premi sebagai bentuk imbalan, baik berupa voucher maupun uang digital. Premi tersebut merupakan penghargaan atas partisipasi mereka dalam Kegiatan Kerja yang diadakan oleh UPT Lapas Wirogunan. Dengan berbagai fasilitas dan program ini, Lapas Wirogunan menunjukkan komitmen dalam memberikan peluang untuk pembinaan dan rehabilitasi bagi para narapidana. Kunjungan ini tidak hanya memberikan pemahaman teoretis, tetapi juga memperlihatkan bagaimana upaya nyata dilakukan untuk mempersiapkan para narapidana kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik dan produktif.
Di dalam Lapas Wirogunan (Lapas Wirogunan), kegiatan yang ditawarkan bagi para penghuni tidak hanya terbatas pada aspek pembinaan, tetapi juga mencakup berbagai kegiatan seni dan budaya yang beragam. Dalam upaya untuk membantu narapidana menjalani masa tahanan mereka dengan lebih produktif dan bermakna, Lapas Wirogunan telah menyediakan beragam pilihan kegiatan hiburan, di antaranya adalah grup musik, tari jatilan, dan ensemble gamelan. Kehadiran grup musik di dalam lapas memberikan peluang bagi para narapidana yang memiliki minat dan bakat dalam musik untuk mengekspresikan diri mereka. Mereka dapat berlatih, menciptakan lagu, dan bahkan mengadakan pertunjukan di dalam lapas. Selain memberikan hiburan, kegiatan seperti ini juga memungkinkan narapidana untuk mengasah keterampilan mereka dalam bermusik, bekerjasama dalam tim, dan mengolah kreativitas. Tari jatilan, tarian tradisional Jawa yang melibatkan gerakan energik dan irama musik yang khas, juga menjadi salah satu pilihan kegiatan yang dihadirkan di dalam lapas. Ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi narapidana untuk menjaga kesehatan fisik dan melatih keterampilan tari, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan kebersamaan di antara mereka. Selain itu, ensemble gamelan juga menjadi bagian integral dalam kegiatan seni dan budaya di Lapas Wirogunan. Ensemble gamelan tidak hanya memungkinkan para narapidana untuk memainkan alat musik tradisional Jawa, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya dan kerja sama dalam bermusik sebagai sebuah tim. Melalui beragam kegiatan seni dan budaya ini, Lapas Wirogunan memberikan nuansa positif dalam rutinitas narapidana dan membantu mengurangi tekanan mental yang mungkin mereka alami selama masa tahanan. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan peluang bagi narapidana untuk mengembangkan keterampilan artistik, kreativitas, serta kedisiplinan dalam bekerja bersama sebagai tim, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif dalam proses rehabilitasi mereka.