DOSEN ADMINISTRASI PUBLIK FISIP UNDIP DAN PENGELOLA EKOWISATA KARANG JAHE LAKUKAN EVALUASI BERSAMA UNTUK PENGUATAN TATA KELOLA BERKELANJUTAN

Rembang, 28 Oktober 2025 — Desa Punjulharjo di Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, menegaskan diri sebagai contoh keberhasilan adaptasi wilayah pesisir. Dari kawasan yang dulu dihantui abrasi parah, desa ini bertransformasi menjadi destinasi ekowisata unggulan berkat proses panjang pembelajaran dan keberanian mengambil keputusan. Upaya penanaman mangrove yang sempat gagal tidak membuat pengelola menyerah; mereka kemudian mempelajari praktik baik dari Tuban dan beralih pada penanaman Cemara Laut, yang menjadi titik balik pemulihan ekologi sekaligus pijakan pengembangan wisata.

Sebagai bagian dari komitmen pendampingan berkelanjutan, Departemen Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, menyelenggarakan evaluasi program pengabdian kepada masyarakat di Punjulharjo dengan mengusung tema “Evaluasi Pengabdian Masyarakat: Optimalisasi Ekowisata Pantai Karang Jahe, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.” Kegiatan ini dipimpin oleh Prof. Dr. Dra. Kismartini, M.Si., bersama tim yang terdiri dari Prof. Dr. Dra. Hartuti Purnaweni, MPA, Dra. Nina Widowati, dan Yoga Aldi Saputra, S.A.P., MPA. Kehadiran tim disambut hangat oleh para pengelola Pantai Karang Jahe dan BUMDes Abimantrana, di antaranya Ibu Fikmah selaku pengelola, Bapak Nurul Anwar sebagai Wakil Direktur BUMDes Abimantrana, Bapak Rosyid dari perwakilan Pokdarwis, serta Mas Salim Abadi yang menangani sarana dan prasarana.

Sesi evaluasi mengurai perjalanan unik evolusi tata kelola di Pantai Karang Jahe. Bermula dari inisiatif Karang Taruna untuk menahan laju abrasi, geliat wisata menimbulkan tantangan baru berupa kunjungan yang belum terkelola dan maraknya pencurian. Menjawab situasi tersebut, dibentuklah badan pengelola secara informal sebelum akhirnya diformalkan melalui Peraturan Desa tahun 2015 menjadi unit usaha BUMDes Abimantrana. Dalam forum, tim pengabdian mengapresiasi semangat kewirausahaan publik yang ditunjukkan para pengelola: pada fase awal, mereka berani mengambil pinjaman bank dengan jaminan sertifikat pribadi demi merelokasi warung agar penataan ruang wisata lebih tertib. Keputusan berisiko itu kini berbuah kelembagaan yang lebih kuat, lapangan kerja yang lebih luas, dan ekosistem ekonomi lokal yang semakin hidup.

Dampak ekonomi yang inklusif terlihat jelas. Unit usaha BUMDes saat ini mempekerjakan 31 karyawan tetap dengan tingkat gaji di atas UMR. Kehadiran ekowisata yang tertata juga mendorong para perantau kembali ke kampung halaman untuk membuka usaha baru, memperluas jejaring ekonomi kreatif, dan memantik inovasi layanan wisata. Sejalan dengan itu, agenda keberlanjutan terus didorong. Punjulharjo terpilih sebagai salah satu dari dua desa percontohan Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat nasional yang akan dilaporkan ke PBB. Pengelola juga menerapkan inovasi lingkungan, seperti sistem daur ulang air bekas wudhu yang ditampung di toren untuk menyiram green house pembibitan, sehingga efisiensi air dan perawatan vegetasi dapat berjalan beriringan.

Pada kesempatan tersebut, tim pengabdian UNDIP turut menyerahkan dukungan fasilitas berupa taplak meja dan kursi untuk menunjang operasional pertemuan pengelola. Kegiatan ditutup dengan foto bersama sebagai penanda komitmen kolaborasi ke depan. Melalui evaluasi ini, disepakati langkah-langkah penguatan strategi layanan, tata kelola, dan inovasi hijau yang lebih terarah, agar optimalisasi potensi alam Punjulharjo dapat terus berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.